Tonggak-Tonggak
Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tonggak-tonggak berdirinya NKRI
Pada dasarnya setiap negara mempunyai ideologynya
masing-masing dan memiliki faktor serta tonggak-tonggak berdirinya suatu negara
dari dulu hingga sekarang. bisa dilihat dari sejarahnya serta kejadian-kejadian
yang berpengaruh besar terhadap perubahan yang terjadi pada negara. berikut
beberapa tonggak-tonggak berdirinya NKRI.
- Tonggak Pertama
Tonggak sejarah pertama yang diangkat oleh bangsa Indonesia
dalam rangka mewujudkan suatu Negara-bangsa modern yang adil dan makmur adalah
tahun 1908, tepatnya tanggal 20 Mei 1908, yakni kelahiran suatu organisasi
kemasyarakatan yang diberi nama Boedi Oetomo. Tahun itu disebut oleh bangsa
Indonesia sebagai tahun kebangkitan nasional bangsa Indonesia.
Berdirinya organisasi Boedi Oetomo mendorong atau memicu lahirnya berbagai
organisasi pemuda seperti Tri Koro Dharmo yang kemudian berkembang menjadi Jong
Java, yang diikuti oleh lahirnya organisasi pemuda-pemuda dari luar Jawa
seperti Jong Soematranen Bond, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes
dan sebagainya. Organisasi-organisasi pemuda tersebut tidak berorientasi
politik praktis secara nyata, meskipun tujuannya tiada lain adalah berdirinya
suatu Negara Indonesia Merdeka. Di samping organisasi pemuda yang besifat
nasional, terdapat juga organisasi pemuda yang berorientasi keagamaan, yakni Jong
Islamieten Bond yang lebih berorientasi pada politik praktis.
Organisasi-organisasi pemuda tersebut yang pada tahun 1928 bersatu padu
mendeklarasikan ”Sumpah Pemuda.”
-Tonggak Kedua
Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam
sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai
kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.
Yang dimaksud dengan “Sumpah Pemuda” adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang
diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta). Keputusan
ini menegaskan cita-cita akan ada “tanah air Indonesia”, “bangsa Indonesia”,
dan “bahasa Indonesia”. Keputusan ini juga diharapkan menjadi asas bagi setiap
“perkumpulan kebangsaan Indonesia” dan agar “disiarkan dalam segala surat kabar
dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan”.
SOEMPAH
PEMOEDA
KAMI
POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE,
TANAH
AIR INDONESIA
KAMI
POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA
INDONESIA
KAMI
POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA
INDONESIA
Djakarta, 28 Oktober 1928
Sebelum
pembacaan teks Soempah Pemoeda diperdengarkan lagu”Indonesia Raya” gubahan W.R.
Soepratman dengan gesekan biolanya.
Teks
Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 bertempat
di Jalan Kramat Raya nomor 106 Jakarta Pusat sekarang menjadi Museum Sumpah
Pemuda, pada waktu itu adalah milik dari seorang Tionghoa yang bernama Sie
Kong Liong.
di Jalan Kramat Raya nomor 106 Jakarta Pusat sekarang menjadi Museum Sumpah
Pemuda, pada waktu itu adalah milik dari seorang Tionghoa yang bernama Sie
Kong Liong.
Golongan
Timur Asing Tionghoa yang turut hadir sebagai peninjau
Kongres Pemuda pada waktu pembacaan teks Sumpah Pemuda ada 4 (empat) orang
yaitu :
Kongres Pemuda pada waktu pembacaan teks Sumpah Pemuda ada 4 (empat) orang
yaitu :
- Kwee Thiam Hong
- Oey Kay Siang
- John Lauw Tjoan Hok
- Tjio Djien kwie
Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada
tanggal 28 Oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan, oleh karena itu seharusnya
seluruh rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya
bangsa Indonesia, proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari
perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum
kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong
para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan
martabat hidup orang Indonesia asli, tekad inilah yang menjadi komitmen
perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun
kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.
Rumusan Sumpah Pemuda di tulis Moehamad Yamin pada sebuah
kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi
terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian
dijelaskan panjang lebar oleh MOH. Yamin.
Sumpah Pemuda merupakan tonggak sejarah yang penting bagi
berdirinya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) Karena sumpah pemuda merupakan
awal mula terbentuknya organisasi-organisasi bersifat nasionalisme, yang pada
awalnya lebih cenderung bersifat kedaerahan. Dan sumpah pemuda juga merupakan
pembuktian bahwa kita semua adalah satu, satu bangsa, satu tanah air dan satu
bahasa. Oleh karena itu bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pemersatu
bangsa yang tetap digunakan hingga saat ini. Kesimpulannya, kenapa sumpah
pemuda begitu penting hal ini dikarenakan sumpah pemuda merupakan tolak
ukur terbentuknya rasa persatuan dan kesatuan bagi seluruh rakyat Indonesia.
-Tonggak Ketiga
Pidato Bung Karno tanggal 1 Juni
1945, di depan Sidang BPUPKI.” Bung
Karno pada waktu itu mengusulkan dasar negara bagi negara yang akan didirikan,
yang beliau sebut Pancasila. Dan setelah melalui perdebatan dan musyawarah yang
cukup intens, akhirnya dengan beberapa perubahan, rumusan Pancasila diterima
sebagai dasar negara dan dicantumkan dalam Pembukaan UUD, meski tidak dengan
menyebut kata Pacasila. Bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan pemerintahan
telah mengalami beberapa kali perubaan UUD, namun demikian rumusan Pancasila
selalu terdapat dalam Pembukaan atau Mukaddimah UUD yang bersangkutan.
Sementara itu pada masa pemerintahan Presden Sokarno dan
pemerintahan Presiden Soeharto diupayakan untuk mengimplementasikan Pancasila
secara nyata dalam kehidupan bermasyarakat, bebangsa dan bernegara. Pancasila
disamping sebagai dasar negara, didudukkan pula sebagai ideologi nasional dan
pandangan hidup rakyat Indonesia. Dengan demikian kedudukan Pancasila sangat
sentral bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi bangsa
Indonesia.
-Tonggak Keempat
Tonggak sejarah keempat adalah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesiapada tanggal 17 Agustus 1945, suatu peristiwa yang maha penting
bagi kehidupan suatu negara-bangsa. Sejak sa’at itu bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang merdeka, suatu kemerdekaan yang dicapai dengan perjuangan
putra-putri bangsa, bukan suatu pemberian dari bangsa atau negara lain. Bung
Karno menyebutnya kemerdekaan ini sebagai jembatan emas, di seberang jembatan
ini bangsa Indonesia membangun bangsanya menjadi bangsa yang serba kecukupun,
orang Inggris menyebutnya sebagai afluent society. Ternyata proklamasi
saja tidaklah cukup, karena berdirinya suatu negara harus mendapat pengakuan
dari dunia internasional.
-Tonggak Kelima
Proklamasi kemerdekaan Indonesia ini tidak dapat diterima
oleh Belanda yang ingin menguasai kembali negara jajahannya setelah usainya
perang Asia Timur Raya. Dengan mengerahkan kekuatan militernya pemerintah
Belanda berusaha menguasai kembali wilayah demi wilayah Negara Republik
Indonesia. Pada tanggal 19 Desember 1948 Yogyakarta, yang menjadi pusat
pemerintahan Negara Republik Indonesia diserbu, Presiden Soekarno dan Wakil
Presiden Moh. Hatta ditahan oleh Belanda. Tentara Nasional Indonesia menyisih
ke luar kota untuk menyusun kekuatan kembali dalam rangka merebut kembali
wilayah yang dikuasai Belanda.
Pada tanggal 1 Maret 1949 terjadilah Serangan Umum di
kota Yogyakarta, yang berdampak terbukanya mata dunia, bahwa Indonesia
masih ada, dan memiliki tentara yang terkoordinir, sehingga dapat menguasai
kota Yogyakarta, meski hanya untuk beberapa jam saja. Peristiwa ini mendukung
berlangsungnya diplomasi antara pemerintah Belanda dan wakil pemerintah
Indonesia untuk mengakui berdirinya Negara Republik Indonesia. Pada tanggal 27
Desember 1949 berlangsung pengakuan kedaulatan Negara Republik Indonesia dalam
bentuk Negara Indonesia Serikat. Obessi para pejuang untuk mendirikan negara
kesatuan tidak kunjung padam, ternyata Negara Indonesia Serikat tidak berumur
lebih dari satu tahun. Pada tanggal 15 Agustus 1950 Presiden Soekarno
membacakan Piagam terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-Tonggak
Keenam
Meskipun sejak tanggal 15 Agustus 1950, telah terwujud
Negara Kesatuan Republik Indonsia, namun sistem pemerintahan yang diterapkan
masih berpola pada sistem pemerintahan parlementer. UUD yang
berlaku adalah Undang-Undang Dasar Sementara yang lebih bersifat liberalistis.
Sebagai akibat tidak terjadinya kemantapan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Dengan berdalih bahwa situasi penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan pada
waktu itu dinilai membahayakan persatuan dan keselamatan Negara, Nusa dan
Bangsa, serta merintangi pembangunan semesta untuk mencapai masyarakat yang
adil dan makmur, maka Presiden Republik Indonesia/ Panglima Tertingi Angkatan
Perang menetapkan berlakunya kembali UUD 1945. Peristiwa tersebut yang biasa
disebut sebagai :”Dekrit Kembali ke UUD 1945,” yang berlangsung pada tanggal 5
Juli 1959. Sejak saat itu Negara Republik Indonesia menerapkan UUD 1945, baik
pemerintahan Presiden Soekarno, maupun Presiden Soeharto berusaha untuk
menerapkan UUD 1945 sesuai interpretasi masing-masing. Ada pihak-pihak yang
menyatakan terjadi penyimpangan dalam aktualisasi UUD 1945, namun realitas
menunjukkan bahwa pada masa Orde Lama maupun Orde Baru ada upaya untuk
mengaktualisasikan UUD 1945 dalam kenyataan.
Perlu dicatat
bahwa pada tahun 1948 terjadi pemberontakan PKI di Madiun. Pada tanggal 18
September 1948 Partai Komunis Indonesia/Front Demokrasi Rakyat merebut kota
Madiun, dan pada tanggal 19 September 1948 memproklamasikan negara ”Soviet
Republik Indonesia,” dengan Muso sebagai pemimpinnya. Peristiwa ini tidak dapat
didudukkan sebagai tonggak sejarah bangsa Indonesia, karena tidak memiliki
pengaruh lebih jauh bagi perkembangan dan pembangunan bangsa Indonesia. Orang
biasa mendudukkan sebagai lembaran hitam sejarah bangsa Indonesia. Memang
sangat mungkin bagi anggota Partai Komunis Indonesia, yang telah dibubarkan
pada tahun 1966, memandang peristiwa Madiun sebagai tonggak sejarah perjuangan
mereka.
-Tonggak Ketujuh
Tonggak sejarah
ke tujuh menurut hemat penulis adalah Konferensi Asia-Afrika yang berlangsung
di Bandung dari tanggal 18 – 25 April 1955. Konferensi ini diprakarsai oleh
Indonesia, India, Pakistan, Birma dan Sri Langka dan diikuti oleh 29 Negara
Asia dan Afrika, yakni Afganistan, Birma, Ethiopia, Gold Coast (Ghana), India,
Indonesia, Irak, Iran, Jepang, Kamboja, Laos, Libanon, Liberia, Libia, Mesir,
Muang Thai, Nepal, Pakistan, Philipina, Republik Rakyat Cina, Saudi Arabia, Sri
Langka, Sudan, Suriah, Turki, Vietnam Selatan, Vietnam Utara, Yaman dan
Yordania.
Konferensi ini
didorong oleh situasi perang dingin yang semakin intens antara Blok Barat yang
dimotori oleh Amerika Serikat dan Blok Timur dengan pimpinan Uni Sovyet.
Terjadilah pertandingan yang semakin tajam dalam menciptakan senjata pemusnah
massal yang semakin canggih. Timbullah kerisauan di antara negara-negara
Asia-Afrika yang baru saja merdeka Mereka berusaha untuk tidak terlibat dalam
perang dingin dimaksud, maka dibentuklah suatu kelompok yang kemudian diberi
nama Negara Non Blok.
Prinsip
kerjasama yang dihasilkan dalam konferensi di antaranya : (a) koeksis-tensi
antar negara, (b) perlucutan senjata, (c) pembatasan terhadap senjata pemusnah
massal. Konfernsi ini memiliki pengaruh yang luar biasa sehingga mendorong
terwujudnya blok tengah atau non blok yang anggotanya lebih dari 100 negara.
Organisasi negara Non Blok ini mejadi tidak efektif setelah berakhirnya perang
dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur pada awal dekade terakhir abad
ke-20.
-Tonggak Kedelapan
Salah satu
peristiwa lain yang dapat dianggap sebagai tonggak sejarah bangsa Indonesia
adalah kemenangan Tim Thomas Cup Indonesia yang pertama, yang terjadi pada
tanggal 15 Juni 1958 di Singapura. Tim Thomas Cup pertama kali tersebut terdiri
dari Ferry Sonneville, Tan Yoe Hok, Eddy Yusuf, Tan King Gwan dan Nyoo Kim Bie.
Peristiwa tersebut membuka mata masyarakat Indonesia, bahwa dalam olah raga
bulu tangkis Indonesia dapat berbicara dikancah internasional.
Sejak itulah
perbulu-tangkisan Indonesia maju dengan pesat, dan selalu dapat menjuarai dalam
perebutan berbagai piala bertaraf internasional, seperti All England, Uber Cup
dan sebagainya. Bahkan pada waktu pertama kali bulu tangkis dipertandingkan
dalam olimpiade pada dekade terakhir abad keduapuluh, Indonesia dapat meraih
salah satu, bahkan pernah meraih dua medali emas dalam cabang bulu tangkis.
Sampai dewasa ini Indonesia masih diperhitungkan dalam percaturan olah raga
bulu tangkis secara internasional.
-Tonggak Kesembilan
Surat Perintah
11 Maret 1966, atau yang biasa disebut ”Super Semar” merupakan tonggak sejarah
berikut. Meskipun beberapa pihak masih mempersoalkan Surat Perintah tersebut,
namun realitas menunjukkan, dengan terbitnya Surat Perintah tersebut terjadi
perubahan yang sangat signifikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
bangsa Indonesa. Surat Perintah ini tidak dapat terlepas dari gerakan yang
dilakukan oleh Angkatan 1966.
Surat Perintah
11 Maret 1966 dikeluarkan oleh Presiden/Pangti ABRI/Pemimpin Besar Revolusi
yang ditujukan kepada Letnan Jenderal Soeharto, Menteri Panglima Angkatan Darat
untuk atas nama Presiden/Pangti ABRI/Pemimpin Besar Revolusi mengambil segala
tindakan yang dianggap perlu guna terjaminnya keamanan, ketenangan dan
kestabilan jalannya pemerintahan. Surat Perintah 11 Maret 1966 dianggap sebagai
tonggak sejarah sebagai titik awal pemerintahan Orde Baru, yang memiliki visi
”Melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen”
Dengan berbekal
Surat Perintah 11 Maret 1966 ini berlangsung peralihan kekuasaan dari presiden
Soekarno kepada presiden Soeharto, yang mampu mengendalikan dan mempertahankan
pemerintahan hingga tiga dasa warsa lebih.
-Tonggak Kesepuluh
Tonggak sejarah
kesepuluh adalah peristiwa lengsernya presiden Soeharto pada bulan Mei 1998,
dan dimulainya pemerintahan era reformasi. Dampak dari peristiwa ini masih
berlangsung, sehingga perlu diadakan evaluasi secara cermat, dapatkah peristiwa
lengsernya presiden Soeharto dikategorikan sebagai tonggak sejarah bangsa
Indonesia. Di depan telah kita kemukakan bahwa tonggak sejarah adalah peristiwa
penting yang memberikan dampak kemajuan bagi ummat manusia atau bangsa,
sehingga masih perlu dievaluasi apakah peristiwa tersebut berdampak kemajuan
atau kemerosotan.
Evaluasi Keberhasilan Pemerintahan
Manusia adalah
makhluk penilai, karena manusia dikaruniai oleh Tuhan dengan kemampuan
berfikir. Dengan daya fikirnya manusia mampu mengadakan penilaian terhadap
segala hal ihwal atau perkara yang dialaminya. Demikian pula halnya dengan
masyarakat Indonesia yang selalu menilai terhadap prestasi para pendahulunya.
Orde Baru mencoba untuk memberikan penilaian terhadap hasil pemerintahan Orde
Lama, dan Orde Reformasi mengadakan evaluasi tgerhadap hasil karya pemerintahan
Orde Baru. Hal ini adalah sah-sah saja, asal penilaian tersebut dilakukan
dengan sepatutnya dengan maksud untuk memperbaiki kelemahan yang terjadi pada
pemerintahan sebelumnya untuk dapat menyelenggarakan pemerintahan yang lebih
baik.
Dalam
mengadakan evaluasi perlu diperhatikan beberapa hal yakni kriteria atau
ketentuan sebagai acuan dalam mengadakan evaluasi, serta teknik yang
dipergunakan dalam membandingkan sejauh mana kondisi yang dievaluasi sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan. Dalam penyelenggaraan pemerintahan di
negara Republik Indonesia kriteria sebagai acuan evaluasi ini terdapat dalam
pembukaan UUD 1945, yakni missi dan tujuan yang hendak diwujudkan dengan
berdirinya negara Republik Indonesia.
Dalam Pembukaan
UUD 1945 disebutkan bahwa missi yang diemban oleh Pemerintah Negara Indonesia
adalah : (a) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, (b) memajukan kesejahteraan umum, (c) mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan (d) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sedangkan dengan tersusunnya kemerdekaan
kebangsaan Indonesia adalah untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Marilah kita mencoba seberapa jauh keberhasilan pemerintah
baik Orde Lama maupun Orde Baru dalam mengemban missi dan mewujudkan tujuan
yang hendak dicapai oleh Negara-bangsa Indonesia. Adapun cara yang dipergunakan
dalam penilaian ini adalah seberapa besar nilai tambah yang dihasilkan oleh
pemerintahan yang bersangkutan.
Dalam
batas-batas tertentu pemerintah Orde Lama menunjukkan keberhasilan, misal dalam
mengupayakan missi yang pertama dan missi yang keempat. Politik divide et
impera yang dipaktekkan oleh Belanda dalam memecah belah wilayah Negara
Kesatuan Indonesia, serta penanaman harga diri yang minder pada rakyat, dapat
dikikis habis oleh pemerintahan Orde Lama. Pada tahun 1963 seluruh wilayah
Republik Indonesia dapat dipersatukan dan disatukan. Sementara itu
pemberontakan di daerah satu persatu dapat diatasi.
Kegiatan
seperti Konferensi Asia-Afrika dan pembentukan organisasi Negara Non Blok
adalah bukti nyata usaha pemerintah Orde Lama dalam merealisasikan missi yang
keempat. Sedang dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa diselenggarakan
dengan berbagai usaha seperti pemberantasan buta huruf, pendidikan masyarakat,
dan sebagainya. Memang diakui bahwa kegiatan dalam bidang ekonomi, dalam rangka
merealisasikan missi yang kedua kurang nampak hasilnya, hal ini didorong oleh
semboyan yang sangat mengikat bahwa :”politik adalah panglima.”
Pemerintahan
Orde Baru menunmjukkan banyak kemajuan baik dalam mengupayakan missi pertama
sampai keempat, maupun dalam mewujudkan tujuan negara-bangsa. Marilah kita
tinjau satu persatu.
Dengan
meningkatnya sarana perhubungan baik darat, laut maupun udara, wilayah
Indonesia dapat dipersatukan secara fisik, apalagi dengan kemajuan di bidang
telekomunikasi jarak menjadi kurang bermakna, sehingga seluruh wilayah negara
dapat diikat dengan lebih mudah menjadi satu kesatuan. Missi pertama menjadi
landasan bagi pelaksanaan pembangunan. Suatu contoh bila pada tahun 1970-an
Jakarta – Jayapura harus ditempuh sekitar dua hari, sekarang cukup hanya
sekitar 6 – 7 jam saja. Bila pada tahun 1960-an jarak Yogyakarta ke
Ujungpandnag harus ditempuh selama dua hari, dewasa ini cukup dua jam saja.
Inilah sekedar gambaran hasil karya pemerintahan Orde Baru dalam melindungi
seluruh tumpah darah Indonesia.
Berikut
digambarkan kemajuan yang dicapai oleh pemerintahan Orde Baru sampai dengan
sekitar tahun 1990. (1) Pertumbuhan ekonomi rata-rata 7% setiap tahunnya; (2)
Laju inflasi selalu di bawah 10%; (3) Sumbangan sektor industri terhadap produk
domestik bruto meningkat dari 9,2% menjadi 23,9%; (4) Ekspor non migas
meningkat dari $0,56 M menjadi $27 M, dan masih banyak lagi data yang
menggambarkan kemajuan di sektor ekonomi. Hal ini berdampak pada peningkatan
kesejahteraan rakyat. Sementara itu listrik diusahakan untuk dapat menjangkau
seluruh pelosok tanah air. Pelayanan kesehatan sampai ke desa dan seterusnya.
Upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa diselenggarakan dengan kesungguhan hati. Kalau
pada tahun 1960-an universitas negeri hanya terdapat di Jawa dan di beberapa
kota besar luar Jawa, maka pada akhir Pembangunan Jangka Panjang Pertama, di
setiap propinsi telah memiliki universitas negeri. Bahkan di beberapa propinsi
terdapat lebih dari satu universitas negeri. Dalam rangka memberikan kesempatan
belajar pada anak usia sekolah, pada tahun 1973-1975 didirikan Sekolah Dasar
Inpres sebanyak 15.000 unit, suatu angka yang sangat mengesankan. Dan masih
banyak lagi prestasi yang dapat disebut.
Missi keempat
ditempuh misalnya dengan membentuk organisasi ASEAN. Banyak peran ASEAN dalam
percaturan dunia internasional. Dari gambaran tersebut sebenarnya cukup banyak
prestasi yang diusahakan oleh pemerintah Orde Baru, meski diakui terdapat pula
kelemahan yang terjadi, misal “para elit politik” merasa dikekang kebebasannya,
atau pemerintahan orde baru terlalu otorier dan sebagainya. Namun dilihat dari
realisasi missi yang diemban dan tujuan yang hendak dicapai oleh negara, sesuai
yang diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945, nampaknya pemerintahan Orde Baru
menunjukkan banyak keberhasilan. Silahkan untuk merenungkan lebih jauh.
Mengakhiri uraian ini ingin kami sampaikan tips :
1. Bersikaplah
jujur terhadap diri sendiri. Akuilah kelemahan yang ada pada diri sendiri,
tidak usah mencari kesalahan atau kambing hitam pada pihak lain.
2. Tataplah ke
masa depan, carilah pemecahan suatu masalah dengan tidak usah menciptakan
masalah baru.